DIAGNOSIS PASIEN LANJUT USIA
1. Perubahan Proses Fikir
- Kehilangan Memori
Kehilangan memori pada lansia merupakan hal yang membuat stres dan frustasi. Walaupun kehilangan memori bisa disebabkan penyakit otak organik atau depresi, semua hal itu tidak ada hubungannya dengan proses penyakit. Seiring bertambahnya usia, kehilangan short-term memory (mengingat kejadian yang baru saja terjadi) lebih sering terjadi daripada kehilangan long-term memory (mengingat kejadian yang dulu).
Banyak faktor yang berkontribusi dalam kehilangan memori pada lansia,diantaranya stres atau krisis, depresi, perasaan tidak berharga, kehilangan interes pada kegiatan-kegiatan, perubahan serebrovaskuler yang berpengaruh pada fungsi serebral, hilangnya sel saraf dikarenakan penyakit atau trauma, dan penurunan sensori atau isolasi sosial. Kerusakan memori bisa disebabkan penurunan penglihatan atau pendengaran.
- Bingung
Bingung digunakan perawat untuk menjelaskan sekumpulan perilaku klien meliputi tidak ada perhatian dan defisit memori,ketidaktepatan verbal, gangguan perilaku, tidak rela, dan kegagalan untuk melaksanakan aktivitas harian. Seringnya, bingung digunakan untuk pasien yang apatis, pendiam, atau yang tidak kooperatif. Wollanin dan Phillips menyarankan beberapa kategori pasien yang biasa dimasukan dalam kelompok “bingung” : masalah pasien, pasien dengan masalah komunikasi (slurred, dysphasia), pasien yang menentang nilai personal staf, pasien yang tidak atraktif, pasien depresi, dan pembuat masalah.
Lansia yang berada di panti berisiko mengalami bingung. Dari 40%-80% terjadi karean berbagai tingkatan penyakit organik otak dengan disorientasi pada waktu,tempat, dan orang, kehilangan memori yang baru saja terjadi serta waktu dulu, tidak bisa menghitung hitungan sederhana. Pada perawatan yang lama, lebih dari 30% mengalami bingung. Faktor presipitasi tergantung dari kondisi fisik dan psikologis pasien.
Bingung pada pagi-pagi dinamakan Sunrise Syndrome,diakibatkan efek hangover dari sedatif/hypnotics atau obat malam laiinnya yang berhubungan dengan obat untuk tidur. Disorientasi dan kebingungan dapat meningkat pada waktu malam hari, terjadi karena kehilangan akomodasi penglihatan. Hal ini dinamakan Sundown Syndrome.
Perawat seharusnya tidak mempunyai asumsi bahwa kebingungan dan disorientasi merupakan hal yang wajar sebagai akibat perubahan perubahan kognitif atau status psikologi. Kebingungan dapat diperbaiki pada setengah dari pasien yang mengalaminya.
- Paranoia
Beberapa lansia bereaksi terhadap kehilangan, isolasi, dan kesepian dengan paranoian dan ketakutan. Gejala paranoia bisa secara umum, bisa juga spesifik. Pasien lansia bisa merasa terancam terhadap orang disekitarnya seperti teman, keluarga, tetangga, atau pada waktu tertentu (misal malam hari). Pindah rumah, ruangan baru, atau lingkungan asing dapat menyebabkan ketakutan, kecemasan, dan pada beberapa orang muncul pikiran paranoia. Karakteristik pasien dengan paranoia : menarik diri, jauh, ketakutan, oversensitif, dan sering penuh rahasia. Suatu saat mereka akan mengancam diri mereka sendiri dan orang lain.
2. Respon Afektif
- Disfunctional Grieving
Kehilangan yang berkepanjangan harus dipertimbangkan sebagai depresi. Gejala yang umum terjadi meliputi : kehilangan berat badan, kehilangan nafsu makan, kelelahan, apatis, kehilangan kesenangan dengan teman, keluarga dan aktivitas yang biasa dilakukan, serta penurunan psikomotor. Gejala tersebut muncul bukan karena pertambahan usia tetapi memang merupakan sebuah masalah.
- High Risk Violence :self-directed
Kematian yang disengaja pada lansia sangat jarang terjadi. Lansia yang mengalami kematian disengaja, lebih dari 25 %, berusia di atas 65 tahun. Laki-laki kulit putih memiliki risiko tertinggi. Risko tinggi terjadinya kematian yang disengaja diantaranya lansia yang terisolasi yang juga tidak mempunyai keluarga atau teman sampai meninggal, lansia yang mengalami perubahan fungsi tubuh dan penurunan kemandirian karena nyeri, kelemahan, imobiliti, atau nafas yang pendek: yaitu yang mengalami perubahan fungsi tubuh dikarenakan pembedahan atau stroke. Orang yang menderita terminal ill
- Situational Low Self-esteem
Harga diri rendah diekspresikan melalui preokupasi kesehatan fisik dan mental serta melalui keluhan pada tubuh. Hal ini dinamakan hipokondriasis. Semua gejala harus dianggap serius dan dikaji secara menyeluruh. Apapun penyebabnya, masalah dan ketidaknyamanan pasien adalah nyata.
3. Respon Somatik
- Gangguan Tidur
Banyak lansia yang mengalami masalah tidur kronik atau intermitten. Keluhan gangguan tidur, tidak bisa tidur, atau “kurang”tidur dengan frekuensi bangun dan ketika bangun pagi merasa kelelahan. Kurang olahraga, keterbatasan gerak, dan efek samping dari obat berkontribusi terhadap terjadinya insomnia. Hal ini juga merupakan gejala depresi.
- Nafsu makan : kurang dari kebutuhan tubuh
Kehilangan nafsu makan umumterjadi pada lansia yang mengalami depresi. Tidak adekuatnya asupan nutrisi biasa terjadi juga pada pasien yang bingung dan disorientasi. Lupa makan atau tidak mampu menyiapkan makan menjadi maslaah tambahan pada lansia yang kehilangan nafsu makan. Efek samping beberapa obat (mulut kering, perubahan sensasi rasa) menyebabkan kurangnya keinginan pada makanan. Hubungan antara kehilangan nafsu makan dengan disfungsi emosional harus dipertimbangkan dalam evaluasi nutrisi. Kekurangan nutrisi bisa menyebabkan keletihan, tidak bergairah, dan imobility.
4. Respon Stres
- Relocation Stress Syndrome
Kondisi ini meliputi fisik dan atau gangguan psikososial yang berhubungan dengan pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Factor risiko yang brhubungan dengan relocation stress syndrome diantaranya :
ü Gangguan psikososial dan atau status kesehatan fisik
ü Kehilangan yang baru saja terjadi
ü Kehilangan fungus gerak
ü Ketiksiapan untuk pindah
ü Merasa tidak berdaya
ü Mnerima perbedaan antara lingkungan yang baru dengan yang lama
ü Pengalaman pindah sebelumnya
ü Support system yang tidak adekuat
Perilaku yang berhubungan dengan Relocation Stress Syndrome
ü Kecemasan, ketakuatan pada sesuatu yang akan terjadi, restlessness, focus pada verbal/kecewa ketika pindah
ü Waspada, dependen, kebutuhan verbal meningkat, insecurity, kekurangan rasa percaya
ü Meningkatnya kebingungan
ü Depresi, sedih, menarik diri, dan kesepian
ü Gangguan tidur
ü Perubahan dalam kebiasaan makan, gangguan gastrointestinal, dan perubahan berat badan
5. Respon Perilaku
- Isolasi social
Kehilangan yang multiple atau ketakuatan dapat menimbulkan isolasi social. Proses berduka yang panjang karena kehilangan pasangan, saudara, anak, atau teman dekat dapat membuat lansia ragu-ragu untuk ikut bergabung dengan yang lain. Pasien lansia yang mengalami kerusakan organik kognitif (seperti penyakit Alzeimer) sering menarik diri dari lingkungan social, kebiasaan sehari-hari, dan aktivitas harian. Lansia menyangkal mereka memiliki masalah atau takut akan konsekuensi dari perubahan memori. Isolasi social dapat menjadi mekanisme pertahanan diri, penguat penyangkalan akan ketidakmampuannya.
- Defisit Perawatan Diri
Sakit kronis adalah salah satu bagian dari penuaan yang menghasilkan ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri. Sakit afektif seperti mayor depresi atai bipolar disorder dapat menyebabkan keterlambatan psikomotor dan kekuranag dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka. Pengobatan dapat menyebabkan pikun, kelemahan, dan kerusakan fisik. Karena kelemahan moril meningkat, kerusakan kognitif, atau keduanya membuat lansia tidak dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri seperti mandi, toileting, makan, dan minum.
PERENCANAAN DAN INTERVENSI
Hasil yang diharapkan berhubungan dengan perawatan lansia harus relistik berdasarkan perubahan yang potensial. Contohnya tujuan yang ingin dicapai pada pasien dengan depresi yang bermasalah dalam personal hygiene : Pasien dapat mandi, berpakaian, dan menyikat gigi secara mandiri
1. Theurapheutic Milleu
- Stimulasi kognitif
Aktivitas yang dilakukan harus direncanakan untuk menjaga atau meningkatkan kemampuan kognitif pasien. Diskusi kelompok dapat membantu pasien fokus pada topik.
- Meningkatkan rasa aman dan nyaman
Lansia sering melakukan yang terbaik pada situasi yang direncanakan untuk perawatan mereka. Setting jiwa lansia harus dirancang dengan warna yang lembut. Jika ada musik harus yang menenangkan dan disukai oleh lansia. Cahaya yang menyilaukan harus dihindari. Bagi lansia yang tidak tinggal dirumah mereka barang-barang seperti foto-foto keluarga, objek religius, afghan, atau benda-benda yang menenangkan. Kemananan harus dipertimbangkan karena lansia sering terjatuh, lantai tidak boleh licin dan tidak ada rintangan.
- Consisten physical layout
Perubahan ruangan harus dihindari, barang-barang yang ada harus tetap, hal ini membantu lansia yang disorientasi dan menjaga keselamatan lansia.
- Structured routine
Jadwal sehari-hari harus direncanakan dengan pasti. Waktu tidur, waktu bangun, tidur siang dan waktu makan tidak boleh berubah-ubah.
- Fokus pada kelebihan dan kemampuan
Sebagain besar lansia memiliki prestasi pada masa lalunya. Jika lansia tidak mampu berkomunikasi, anggota keluarga dapat memberikan informasi mengenai kehidupan mereka dan memberi kegiatan yang dsukai lansia.
- Minimize disruptive behavior
Memahami perilaku pasien dapat mengurangi agitasi dan krisis perilaku.
- Minimal demand for compliant behavior
Lansia yang mengalami kerusakan kognitif sering menentang permintaan dari orang lain. Mereka tidak mengerti apa yang ditanyakan pada mereka atau mereka menjadi takut pada perubahan aktivitas yang tidak dapat diprediksi.
2. Restraint fisik
3. Terapi somatic
- Terapi elektro konfulsif
Terapi ini efektif untuk intevensi pada lansia yang mengalami depresi. Kontraindikasi pada lansia yang memiliki lesi intracranial dengan peningkatan tekanan intracranial, aritmia, dan infark miokard lebih dari 3 bulan.
- Pengobatan psikotropika
Pemberian obat pada lansia harus hati-hati, karena obat dapat berpengaruh pada perilaku lansia dan system saraf pusat.
4. Intervensi interpersonal
- Psikoterapi
Menurut Turner ada beberapa indikasi psikoterapi, diantaranya peningkatan harga diri, ketakutan pada nyeri, tidak berdaya dan putus asa, isoalasi dan kesepian, gangguan fisik dan mental, kehilangan kemampuan dan persepsi akan kematian.
- Life review therapy
Terapi ini memiliki fungsi psikoterapi yang positif, memberi kesempatan untuk mereleksikan kehidupannya, mengatur kembali dan mengintegrasikan masalah. Terapi ini bisa digunakan pada kelompok atau individu.
- Reality orientation
Realiy orientation dapat mencegah kebingungan dan menjaga pasien untuk tetap terorientasikan pada waktu, tempat, orang dan situasi diantaranya dengan menyediakan jam, kalender, dan tulisan yang berisi tahun, musim, dan sebagainya.
- Terapi validasi
Reality orientation memang efektif untuk lansia yang mengalami kebingungan atau disorientasi, tetapi beberapa fakta mengemukakan bahwa beberapa lansia khususnya yang mengalami gangguan organic minimal, disorientasi, dapat menjadi sebuah realita yang disangkal. Para lansia ini menjadi khawatir atau agitasi jika diorientasikan pada kenyataan. Pendekatan alternative untuk lansia yang mengalami kebingungan dan disorientasi dikembangkan oleh Feil dan didiskusikan dengan pasien yang tidak berespon terhadap kenyataan. Pendekatan ini meliputi pengkajian emosi dan arti disorientasi pasien atau kata-kata yang membingungkan dan perilaku (seperti rasa ingin tahu) serta memvalidasi secara verbal ke pasien.
- Cognitive training and therapy
Situasi problem – solving, training memory formal dan pelatihan memori terpilih efektif untuk meningkatkan perhatian, kemampuan untuk merecall dan kemampuan untuk belajar skill baru (seperti kalkulasi matematik dan vocabulary). Cognitive training dapat efektif untuk kognitif yang utuh, memotivasi lansia yang mengalami minor atau mayor depresi. Terapi kognitif mendukung meningkatnya mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi dan intelektualisasi, dan mendorong partisipasi aktif pasien.
- Terapi relaksasi
Relaksasi dapat menurunkan ketegangan dan mengurangi stress, mengurangi halangan dalam berkomunikasi. Relaksasi, dikombinasikan dengan latihan isometric yang sedang dapat meningkatkan cardiac output, energy, dan mobilitas serta dapat mengurangi stress. Terapi ini tidak membutuhkan kemampuan yang lebih, baik dari pasien maupun dari perawatnya.
- Supported and counseling groups
Anggota kelompok dapat mengeluarkan perasaan, pendekatan penyelesaian masalah dan penyelesaian konflik secara rasional dan sistematis. Lansia berespon positif pada kelompok pendukung yang meningkatkan harga diri, percaya diri, dan empati. Humor menjadi sesuatu cara yang efektif untuk lansia yang menarik diri.
- Edukasi pasien
Lansia yang mengalami depresi, biasanya menerima edukasi. Latihan untuk meningkatkan pikiran dan gambaran positif, dan permainan kognitif berulang dapat digunakan sebagai dasar untuk merubah perilaku.
- Family education and support
Sekitar 80 % lansia tinggal di rumah dan dirawat oleh pasangannya, saudara, atau anak tertua. Oleh karena itu, pemberian dukungan dan edukasi kepada keluarga sangat penting. Keluarga sering menganggap perawat sebagai petugas kesehatan yang mudah dihubungi dan yang memahami hubungan, konflik, kebutuhan, dan sumber daya keluarga. Pendidikan pada keluarga berhubungan dengan proses normal penuaan, dinamika keluarga dan system keluarga, dan stress.
Daftar Pustaka :
Stuart & Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Fifth Edition. United State of America : Mosby.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar